Kelompok 2
ASESMEN PENALARAN KERANGKA KERJA
NORRIS-ENNIS DAN DIMENSI BELAJAR MARZANO
Disusun Oleh
Nama NPM
Ema
Rosdiana 1011060075
M. Ihsan
Taufiq 1011060175
Niki
Estu Putra M 1011060109
Siti
Munawaroh 1011060152
Semester : V
Kelas : Biologi E
Dosen : Nukhbatul Bidayati Haka, S.Pd
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN BANDAR LAMPUNG
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah asesmen (assessment)
dalam Stiggin (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar
siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001)
sebagai ”The process of collecting data which is shows the develompment of
learning”. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa asesmen merupakan istilah
yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun, meskipun proses belajar
siswa merupakan hal yang penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil
belajar juga tidak dapat dikesampingkan.
Asesmen juga merupakan kegiatan
pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja, sistematis, dan berkelanjutan
serta digunakan untuk menilai kompetensi siswa.
Penalaran adalah proses kemampuan
berpikir seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan baru dengan cara
melogikakan konsep-konsep yang diketahuinya berdasarkan bukti-bukti yang ada dan
mengkontradiksikannya dengan pengetahuan yang sebelumnya. Penalaran juga
merupakan semua hubungan antara pengalaman dan pengetahuan yang digunakan
seseorang untuk menjelaskan apa yang dilihat, dipikirkan dan disimpulkan.
Penalaran berasal dari kemampuan berpikir seseorang.
Jadi asesmen penalaran adalah
kegiatan pengumpulan bukti yang dilakukan secara sengaja untuk membuat hubungan
antara pengalaman dan pengetahuan agar dapat menjelaskan apa yang dilihat,
dipikirkan dan disimpulkan.
BAB II
PEBAHASAN
A.
Perangkat
Kerja Penalaran Norris dan Ennis
Norris dan Ennis (dalam Stiggin,
1989:1994) mengungkapkan satu set tahap-tahap yang termasuk proses berpikir
kritis:
1.
Mengklarifikasi isu dengan mengajukan pertanyaan kritis
2.
Mengumpulkan informasi tentang isu
3.
Mulai bernalar melalui berbagai sisi atau sudut pandang yang berbeda-beda
4.
Mengumpulkan informasi dan melakukan analisis lebih lanjut, jika diperlukan
5.
Membuat dan mengkomunikasikan keputusan
Disamping mengembangkan berpikir
kritis yang berkaitan dengan domain kognitif, Norris dan Ennis juga
mengembangkandisposisi yang merupakan “jiwa kritis”. Berikut akan diuraikan
tentang kemampuan dan disposisi kritis dari Norris dan Ennis
Norris dan Ennis (dalam Stiggins,
1994) menyatakan berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif
yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau
diyakini. Masuk akal berarti berpikir didasarkan atas fakta-fakta untuk
menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya mencari dengan sadar dan
tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Dengan demikian berpikir kritis, menurut
Norris dan Ennis adalah berpikir yang terarah pada tujuan. Tujuan dari berpikir
kritis adalah mengevaluasi tindakan atau keyakinan yang terbaik. Norris dan
Ennis memfokuskan kerangkanya pada proses berpikir yang melibatkan pengumpulan
informasi dan penerapan kriteria untuk mempertimbangkan serangkaian tindakan
atau pandangan yang berbeda.
Jiwa kritis menurut Norris dan Ennis
meliputi: kebutuhan untuk berpikir logis, berusaha keras untuk memiliki
pengetahuan luas dari sumber-sumber yang kredibel, berwawasan atau berpandangan
luas, dan memperoleh kesenangan pribadi dalam hubungannya dengan cara pemecahan
masalah-masalah yang komplek. Namun, Norris dan Ennis berpendapat bahwa
alat-alat intelektual dapat menjadi tidak berguna, jika tidak ada tanggung
jawab untuk menggunakannya.
Kerangka kerja Norris dan Ennis
mengungkapkan bahwa penalaran kompleks memerlukan penggunaan terintegrasi dari
sejumlah proses berpikir. Karena kompleksitasnya, kerangka kerja Norris dan
Ennis ini tidak cocok dengan asesmen respon terbatas. Di lain pihak, kita dapat
menggunakan asesmen essay untuk memperoleh informasi tentang penalaran dan
pemahaman yang komplek. Di samping itu kita dapat menggunakan asesmen essay
sebagai alat untuk menguraikan proses penalaran siswa.
Asesmen kinerja sangat baik
digunakan untuk menilai penalaran. Kita dapat menggunakan suatu isu kepada
siswa baik individu maupun kelompok dan kemudian menilai keterampilan berpikir
kritisnya. Di samping dengan asesmen kinerja, kita juga dapat menyelidiki
penalaran siswa melalui komunikasi personal dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan strategis.
Atau kita dapat mengikutsertakan
siswa untuk merancang kriteria penskoran essay, kriteria penskoran asesmen
kinerja, atau suatu daftar tentang tahap-tahap penting dalam proses berpikir
Norris dan Ennis. Dengan cara seperti itu guru setidaknya dapat menilai respon
siswa dan bagaimana penalaran masing-masing siswa. Karena mereka
menginternalisasi visi dan merefleksikan pekerjaannya sendiri, mereka akan
menjadi pemikir yang kritis.
Sebagaimana pandangan Norris dan
Ennis, kerangka kerja konseptual yang ditawarkan oleh Marzano (1992) mencakup
komponen kognitif dan afektif. Dimensi kognitif (dari susunan Marzano yang
relatif komplek) menguraikan tentang proses penalaran yang disajikan dalam
tabel 2 dengan label, definisi dan contoh. Dimensi afektif menyatakan bahwa
siswa harus mengembangkan dan mempertahankan sikap dan persepsi positif
mengenai pembelajaran dan pemahaman tanggung jawab personal untuk berpikir yang
bijak. Bila dimensi afektif ini tidak dimiliki, maka sepertinya
keterampilan yang mereka miliki jadi sia-sia.
Keunggulan kerangka kerja ini adalah
bahwa setiap jenis berpikir yang dispesifikasikan diterjemahkan secara natural
kedalam pertanyaan yang tampaknya dapat diterapkan pada semua area
materi. Lebih jauh, setiap pertanyaan tampaknya unik dan relevan dengan
dunia nyata.
B.
Dimensi
Pembelajaran
Sebagai bahan pertimbangan kita
dapat menggunakan contoh pertanyaan yang ada pada tabel sebagai model, kemudian
memilih area konten dan menempatkan serangkaian pertanyaan yang mungkin
digunakan untuk memeriksa pemahaman siswa pada area tersebut.
Belajar merupakan upaya pemberian
makna oleh pebelajar kepada pengalamannya. Prosesnya mengarah pada pengembangan
struktur kognitif dan dilakukan baik secara mandiri maupun secara sosial.
Tujuan utama pembelajaran adalah membelajarkan pebelajar. Oleh karena itu
pembelajaran harus diarahkan untuk mengoptimalkan upaya tersebut. Marzano
(1992) melukiskan kegiatan belajar akan efektif jika melalui 5 dimensi belajar
sebagai berikut:
1.
Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar;
2.
Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan serta membangun sikapnya;
3.
Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan
ketrampilan serta memantapkan sikapnya;
4.
Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikapnya secara bermakna;
5.
Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan
bekerja produktif.
Dalam kerangka kerja Marzano,
masing-masing dari empat kategori kognitif utama disertai dengan tantangan
asesmen tersendiri. Sebagai contoh, pada tingkatan kognitif pertama “memperoleh
dan memasukan pengetahuan baru” menunjukkan asesmen yang bergantung
pada komunikasi personal. Sementara format respon terbatas dan essay dapat
menceritakan tentang apakah pengetahuan deklaratif dan prosedural yang
dikehendaki telah dikuasai, Marzano tampaknya tertarik lebih banyak pada apakah
siswa mempelajarinya dan bagaimana memasukan pengetahuan yang baru ke dalam
struktur berpikir yang sudah ada. Pembelajaran merupakan proses aktif menyusun
makna atau suatu proses personal. Marzano menginginkan kita untuk berdiskusi dengan
siswa tentang proses-proses aktif tersebut dan memeriksa pengalaman
pembelajaran siswa menggunakan problem.
Dengan kata lain, pengamatan terkait
dengan tingkatan kognitif kedua “pemberian pengetahuan” menggunakan format essay sedangkan poin yang
lain menggunakkan respon terbatas. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
dapat berupa mengkategorikan, menarik simpulan induktif deduktif dan menemukan
tema. Mengidentifikasikan ini merupakan dasar-dasar yang baik untuk latihan tes
pilihan ganda dengan beberapa ilustrasi sederhana.
Untuk tingkatan kognitif ketiga dan
empat “menggunakan pengetahuan bermakna dan kebiasaan
berpikir” menggunakkan asesmen kinerja. Marzano mengarahkan kita untuk
menghasilkan macam-macam penalaran yang lebih komplek dan hal itu memicu
pemikiran asesmen kinerja yang lebih serius. Kita harus memberikan suatu
keputusan dalam membuat, memeriksa dan melakukan, menyelesaikan masalah,
menemukan tantangan dengan melihat kerja/usaha siswa. Sepanjang kita dapat
menyetujui dalam peningkatan performance yang efektif dan sepanjang
siswa mempunyai peluang besar untuk praktek, asesmen kinerja berbasiskan pada
pertimbangan guru dapat dilakukan secara efektif
Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang
tinggiapabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Menurut Mc Keachie
dalam bukunya Dimyati (1994 : 110) ada 7 dimensi proses pembelajaran
yangmengkibatkan terjadinya kadar pembelajaran aktif, yaitu (1) Partisipasi
siswadalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran, (2) Tekanan pada aspek
afektif dalam belajar, (3) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran,
terutama berbentuk interaksi antar siswa, (4) Penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang
kurang relevan atau bahkan sama sekali salah, (5)Kekompakan kelas sebagai
kelompok, (6) Kebebasan diberikan kepada siswauntuk mengambil
keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah, (7)Jumlah waktu yang
digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang berhubugan maupun
yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Tahap-tahap yang termasuk proses
berpikir kritis:
1.
Mengklarifikasi isu dengan mengajukan pertanyaan kritis
2.
Mengumpulkan informasi tentang isu
3.
Mulai bernalar melalui berbagai sisi atau sudut pandang yang berbeda-beda
4.
Mengumpulkan informasi dan melakukan analisis lebih lanjut, jika diperlukan
5.
Membuat dan mengkomunikasikan keputusan
Berpikir kritis merupakan berpikir
masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa
yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir didasarkan atas
fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik, reflektif artinya
mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Dengan demikian
berpikir kritis, menurut Norris dan Ennis adalah berpikir yang terarah pada
tujuan. Tujuan dari berpikir kritis adalah mengevaluasi tindakan atau keyakinan
yang terbaik.
5 Dimensi belajar yaitu :
1.
Memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar;
2.
Mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan
dan keterampilan serta membangun sikapnya;
3.
Mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan
ketrampilan serta memantapkan sikapnya;
4.
Mau dan mampu menerapkan pengetahuan, ketrampilan, dan
sikapnya secara bermakna;
5.
Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap dan
bekerja produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Ngalim. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik
Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Stiggins. 1994. Student Centered Classroom
Assesment. Macmillan College Publishing Company: New York.k
Sudjiono, Anas. (2009). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres.
Wulan, Ana Ratna.(2005). Pengertian
dan esensi konsep, evaluasi,assesmen, tes dan pengukuran
0 komentar:
Posting Komentar